Tindakan Saat Terjadi Man Overboard (MOB) di Kapal dan Prosedur Olah Gerak
Keselamatan jiwa di laut menjadi prioritas utama dalam pelayaran, salah satu situasi darurat yang sangat berbahaya adalah Man overboard atau yang disingkat MOB.
Setiap pelaut tentunya sudah pernah mendengar istilah Man overboard yakni situasi darurat yang terjadi akibat adanya orang jatuh dari kapal ke laut.
Situasi seperti ini sangat serius dan harus direspon dengan cepat dengan prosedur yang benar agar nyawa dapat terselamatkan.
![]() |
Salah satu tindakan yang harus dilakukan saat ada orang jatuh ke laut adalah dengan mengamati pergerakannya secara terus-menerus |
Jika penanganan terlambat serta penyelamatan yang tidak sesuai dengan prosedur, maka dapat berakibat fatal. Itulah sebabnya mengapa hal ini menjadi salah satu keadaan darurat yang sangat krusial dalam dunia pelayaran.
Melalui artikel ini saya akan membahas mengenai pengertian Man overboard, tindakan penyelamatan yang sesuai dengan prosedur, serta teknik “Williamson Turn” dalam melakukan manuver penyelamatan.
Memahami Arti Man Overboard
MOB atau Man overboard adalah istilah yang digunakan di atas kapal untuk memberikan informasi ketika ada orang jatuh dari kapal ke laut baik pada saat kapal sedang berlayar, berlabuh jangkar ataupun sandar di dermaga. Orang yang dimaksud seperti awak kapal, penumpang atau siapapun yang sedang berada di atas kapal.
Situasi ini dikategorikan sebagai keadaan darurat level tinggi karena korban sedang dalam risiko ancaman keselamatan yang dapat disebabkan oleh tenggelam, hipotermia atau terkena baling-baling kapal.
Setiap perwira jaga harus dengan cermat dan teliti dalam melakukan tugas dan pengawasan serta wajib memberikan teguran pada saat melihat ABK bekerja tanpa menggunakan alat keselamatan yang lengkap.
Apabilah ada orang jatuh ke laut maka harus dilakukan penyelamatan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya hypotermia pada korban. Hypotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubu mengalami penurunan sampai di bawah suhu normal manusia sementara normalnya suhu tubuh manusia berkisar dari 36 sampai 37 derajat celcius.
Tindakan dan prosedur keselamatan telah diatur secara tetap di dalam SOLAS yang dapat menjadi acuan dan patokan ketika melakukan penyelamatan.
Ada beberapa hal hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya Man overboard di atas kapal antara lain:
- ABK yang tidak menggunakan alat perlengkapan keselamatan (PPE) seperti safety harnes, safety shoes dan sejenisnya.
- Keadaan deck kapal yang licin akibat tumpahan minyak atau cairan lainnya yang tidak dibersihkan dengan sempurna.
- Keadaan laut yang berombak sehingga mengakibatkan kapal terayun yang dapat menyebabkan kru terlempar dan tergelincir.
- Kelalaian manusia misalnya berdiri terlalu dekat dengan reling kapal atau tidak memperhatikan prosedur keselamatan kerja.
Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Saat Orang Jatuh ke Laut
Apabila insiden ini terjadi maka ada tindakan yang harus dilakukan sebagai respon tercepat demi keselamatan korban. Tindakan-tindakan tersebut harus dipahami oleh setiap kru pada saat melakukan latihan atau drill di atas kapal
Safety officer harus memberikan familisasi kepada setiap ABK mengenai situasi darurat guna untuk membekali setiap kru untuk melakukan tindakan yang tepat dan cepat saat terjadi situasi darurat.
Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi Man Overboard yang sesuai dengan prosedur adalah sebagai berikut.
- Orang yang melihat orang jatuh ke laut harus berteriak “Man overboard” sambil menunjuk ke lokasi jatuhnya korban serta menyebutkan sisi lambung mana (Portside atau Starboard Side).
- Melemparkan lifebouy ke area terdekat korban.
- Menginformasikan kepada perwira jaga dan Perwira jaga harus merubah kemudi dari Auto pilot ke manual (Jika kapal sedang berlayar).
- Memutar kemudi Cikar kanan (Hard to starboard) atau cikar kiri (hard to port), jika korban jatuh di sebelah kanan maka kemudi harus di putar cikar kanan dan jika korban jatuh di sebelah kiri maka kemudi di putar cikar kiri.
- Melepaskan MOB Signal yang terdapat pada bridge wings (sisi kanan/kiri anjungan), alat ini memiliki signal asap berwarna orange dan lampu cerlang yang dapat terlihat pada malam hari.
- Menekan tombol MOB yang terdapat pada GPS, RADAR dan ECDIS. Hal ini bertujuan untuk memberikan tanda pada lokasi jatuhnya korban.
- Memberikan informasi kepada Nakhoda, Chief Engineer dan Engine room agar segera bersiap melakukan olah gerak kapal, dapat menggunakan teknik Williamsons turn.
- Membunyikan semboyan suling untuk signal man overboard yaitu tiga bunyi panjang ( - - - ) dan menaikkan bendera isyarat yaitu bendara “O” (Oscar).
- Membunyikan general alarm kapal untuk memberitahukan semua kru kapal bahwa sedang terjadi keadaan darurat dan umumkan melalui PA sytem bahwa ada orang jatuh ke laut.
- Tetap lakukan pengamatan secara visual dan juga pada RADAR ARPA dan usahakan sebisa mungkin untuk tidak kehilangan jejak korban. Pastikan ada kru kapal yang memantau korban secara terus-menerus menggunakan binokuler serta menunjuk dengan tangannya.
- Pastikan semua Radio VHF berfungsi dengan baik dan aktifkan di CH 16.
- Pastikan semua tindakan di tulis secara lengkap dalam log book dengan jelas dan Mualim 3 harus ada di atas anjungan membantu Nakhoda atau tergantung tugas sesuai yang terdapat pada Muster List.
- Pancarkan “Urgency Signal” melalui GMDSS untuk memberi informasi pada semua kapal.
- Mualim 1 harus segera mungkin mempersiapkan rescue boat, menurunkan dan melakukan pencarian. Namun penting bahwa setiap kru yang masuk dalam tim rescue boat harus dilengkapi dengan PPE dan alat komunikasi Two way (portable VHF).
Itulah tindakan yang semestinya harus dilakukan dengan tepat dan cepat guna untuk mengefisiensikan waktu pencarian sehingga korban dapat ditemukan dalam keadaan selamat.
Apabila korban telah ditemukan maka segera mungkin naikkan rescue boat ke kapal dan pertolongan pertama harus diberikan pada korban. Nakhoda juga harus memastikan semua tindakan, waktu dan posisi tertulis secara lengkap dalam logbook.
Selain itu, Urgency Signal harus dipancarkan kembali untuk menarik dan membatalkan berita urgency sebelumnya yang telah terpancarkan. Hal ini memberikan informasi kepada stasiun lain bahwa korban telah ditemukan.
Signal MOB yang telah dilepaskan juga sebaiknya diangkat kembali ke kapal jika memungkinkan karena akan memancarkan lampu di malam hari dan asap di siang hari. Hal ini dimaksudkan agar tidak membingungkan kapal lain yang melintas di area tersebut.
Prosedur Olah Gerak Dengan Metode Williamson Turn
Pergerakan olah gerak kapal dengan metode williamson turn |
Salah satu olah gerak yang sering digunakan kapal adalah teknik williamson Turn, teknik ini dianggap lebih efektif dan efisien.
Langkah-langkah melakukan teknik Williamson Turn, antara lain:
- Catat dan ingat haluan kapal
- Putar Kemudi “cikar kanan atau Kiri” (Jika jatuh di sebelah kanan maka kemudi cikar kanan)
- Telegrap pada posisi stanby
- Jika kapal haluan sekitar 60-70 derajat dari haluan semula, kemudi balas cikar kanan atau kiri.
- Jika kapal mendekati haluan awal atau kurang 20 derajat mendekati haluan awal, maka posisikan kemudi tengah-tengah.
Teknik Williamson Turn adalah olah gerak kapal yang akan kembali ke posisi jatuhnya korban di laut dengan lintasan kembali melewati tempat yang sama sehingga teknik ini sangat bermanfaat ketika korban tidak terlihat, misalnya ketika kondisi laut dan cuaca yang buruk atau pada waktu malam hari.
Prosedur Olah Gerak Dengan Metode Anderson Turn
Metode Anderson Turn adalah olah gerak untuk memutar kapal dalam satu putaran menuju arah jatuhnya korban dengan cara yang cepat untuk kembali ke posisi korban apabilah masih terlihat dengan jelas di atas permukaan air.
Langkah-langkah melakukan teknik Williamson Turn, antara lain:
- Pastikan mesin sudah Stop.
- Putar kemudi ke arah jatuhnya korban.
- Ketika sudah bebas dari korban, mesin maju penuh.
- Setelah kapal berputar kurang lebih 2/3 lingkaran penuh (sekitar 240 derajat dari haluan semula) maka mesin Mundur Penuh atau mundur setengah.
- Apabilah korban berada di arah 15 derajat dari haluan maka mesin stop, kecepatan dan haluan kapal atur sedemikian rupa agar kapal berhenti tepat pada posisi korban.
Teknik Anderson Turn sangat efektif, cepat dan akurat digunakan hnaya ketika korban masih terlihat secara kasat mata langsung. Oleh karena itu teknik olah gerak ini tidak dapat digunakan pada malam hari.
Prosedur Olah Gerak Dengan Metode Scharnow Turn
Pergerakan olah gerak kapal dengan metode Scharnow Turn |
Metode Scharnow Turn adalah olah gerak pencarian man overboard dengan teknik mengembalikan kapal ke arah berlawanan dari haluan awal. Teknik ini efektif digunakan apabilah korban sudah jauh tertinggal di belakang kapal.
Langkah-langkah melakukan teknik Williamson Turn, antara lain:
- Posisikan kemudi cikar ke arah jatuhnya korban. (Misalnya korban jatuh di sisi kanan, maka kemudi cikar kanan).
- Setelah haluan kapal berubah sekitar 240 derajat, kemudi balas ke arah berlawanan (cikar kiri).
- Ketika haluan kapal kurang lebih 20 derajat mendekati haluan yang berlawanan dengan haluan semula, maka posisikan kemudi “tengah-tengah”.
Untuk lebih memahaminya begini gambarannya: sebuah kapal sedang berlayar dengan haluan 000 derajat, kemudian kapal tersebut akan menolong orang jatuh kelaut pada sisi kanan yang sudah berada dibelakang kapal.
Dalam situasi ini, kita tentu menggunakan teknik Scharnow Turn yaitu kemudi langsung cikar kanan, pada saat haluan 240 derajat maka kemudi balas ke Cikar Kiri.
Saat haluan menunjukkan 200 derajat maka kemudi tengah-tengah, atur haluan hingga 180 derajat (haluan berlawanan dari 000 derajat).
Post a Comment for "Tindakan Saat Terjadi Man Overboard (MOB) di Kapal dan Prosedur Olah Gerak"
Sobat pelaut yang ingin bertanya atau berbagi pengalaman silahkan tinggalkan komentar di bawah ini.
Post a Comment